Wednesday 22 March 2017

Ibu Tri, Guru Kimia Semasa SMA


Stempel negatif tersemat pada Ibu-ibu ketika di jalan. Tidak lain karena tiap mereka sedang berkendara, bikin was-was pengendara lain. Sein lampu ke kiri, malah beloknya ke kanan. Bahkan ada juga yang membuat joke, “Ibu-ibu kalo naik motor mirip kecoak terbang, susah ditebak arahnya”. Tetapi tentu saja dibalik itu, Ibu-ibu adalah sosok manusia terlembut, penyayang dan perhatian. Saya jadi teringat akan sosok Ibu-ibu yang lembut, penyayang dan perhatian. Ibu Guru semasa SMA dulu, namanya Ibu Tri. Beliau mengajar Kimia. Berkat beliau, saya kuliah di salah satu Universitas Negeri mengambil jurusan Kimia.

Selain Fisika dan Matematika, mata pelajaran Kimia biasanya paling dihindari siswa. Tantangan tersendiri bagi pengajar mata pelajaran tersebut agar siswa tertarik. Dan saya melihat Ibu Tri bisa menjawab tantangan itu. Saya masih ingat pesan beliau: ‘Yang kamu tidak sukai, bisa jadi adalah sesuatu yang baik untukmu’. Ini memang seperti mengutip salah satu ayat di kitab suci..hehe.
Beliau mengenalkan saya dengan Kimia secara baik. Meski awalnya kurang suka, tetapi lama-lama jatuh cinta. Keseluruhan, Kimia merupakan ilmu yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Mengapa demikian, ya karena memang semua yang ada di bumi terdiri dari unsur Kimia. Mulai dari air yang kita minum, rumus kimianya adalah H2O. Udara yang kita hirup terdiri dari banyak unsur atau senyawa, tetapi yang kita butuhkan adalah oksigen, rumusnya O2. Nasi yang kita makan, mengandung banyak C6H12O6 (glukosa). Setiap mengajar, Ibu Tri memang selalu memberikan contoh nyata dan sederhana. Inilah yang saya sukai. Tidak perlu mengawang sampe angkasa, kalau disekitar kita saja ada. Beliau juga membawa alat peraga. Ketika murid bingung bagaimana membayangkan bentuk unsur H, bagaimana bisa berikatan dengan O dan membentuk H2O (air), maka alat peragalah yang memberikan gambaran tersebut.

Hal paling saya sukai adalah ketika praktikum di laboratorium. Entah kenapa saat pakai jas praktikum berwarna putih, saya merasa kalau kegantengan saya naik 80%. Tentu saja ganteng saya baru naik 100% kalau pakai baju koko dan kopiah saat ke masjid. Ehem. Well, di laboratorium, Ibu Tri selalu mengingatkan pentingnya keselamatan diri. Kebanyakan bahan Kimia untuk praktikum bersifat iritan. Jadi segala peralatan yang berhubungan dengan keselamatan harus menjadi fokus utama. Awal sebelum praktikum, Ibu Tri selalu menyuruh berdoa, memberi pengarahan, lalu menjelaskan makna praktikum dan implementasi terhadap kehidupan sehari. Inilah yang menjadikan beliau menjadi guru favorit saya ketika SMA.

  • Berdoa sebelum melakukan sesuatu.
Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Makanya beliau selalu ingatkan bagaimana agama dan ilmu harus berdampingan. Ilmu untuk berbuat kebaikan tidak hanya kepada manusia, tetapi alam semesta.

  • Memberi pengarahan dan menjelaskan apa saja yang sebaiknya kita lakukan.
Saya rasa ini adalah kewajiban setiap guru. Menjadi induk untuk anak ayam. Menerangkan yang gelap sehingga bisa terlihat. Mengarahkan agar kita senantiasa berbudi meski ilmu sudah tinggi. Mengingatkan jalan yang baik ketika kita tersesat.

  • Mengimplementasikan terhadap kehidupan sehari-hari
Tidak semua guru bisa melakukan hal ini, padahal kehidupan sehari-hari adalah hal paling mudah dan gampang dalam implementasi ilmu yang dipelajari. Pernah suatu kali saya dan teman sekelas diberi tugas membawa senyawa kimia NaCl. Kami semua bingung, dulu belum ada ‘mbah google’, jadi tak tahu harus tanya siapa. Dan Ibu Tri dengan bijak memberi clue, kalau jawaban yang kita cari ada di perpustakaan. Itu artinya, jangan malas ke perpustakaan. Disana bukan saja gudang buku, tetapi gudang ilmu.
Keesokan harinya kami ramai-ramai membawa garam dapur. Yaps, sesuai yang diminta Ibu Tri, senyawa NaCl. Sedikit sekali siswa yang bisa menjelaskan kenapa garam dapur rumus kimianya NaCl, akhirnya Ibu Tri pun menjelaskan secara lengkap. Sekaligus memberi gambaran untuk kami, karena daerah tempat kami tinggal dekat dengan pantai, tetapi tidak ada yang memanfaatkan air laut untuk membuat garam.

Konon kabarnya lebih mudah menjadi guru di zaman sekarang. Teknologi mempermudah semuanya. Butuh materi untuk mata pelajaran? Tinggal cari di internet. Tidak perlu susah susah menerangkan karena video pembelajaran sudah banyak di Youtube. Tidak perlu repot-repot ke perpustakaan dan nenteng buku yang berat, karena sekarang sudah ada ebook dalam bentuk pdf yang lebih praktis, bisa di lihat lewat laptop/smartphone.

Disamping itu semua, tentu saja pengawasan harus lebih ketat. Konten yang ada di internet tidak semuanya untuk siswa pelajar. Banyak orang yang berkepentingan disana. Mulai dari judi, pornografi, berita hoax, dan lainnya. Peranan orang tua juga sangat diperlukan dalam proses pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan yang baik dimulai dari keluarga. Era boleh semakin maju, tetapi apa yang Ibu Tri ajarkan masih relevan sampai kini. Semoga beliau tetap menjadi Ibu Guru yang menginspirasi. Aamiin.

                                                           foto diambil dari Facebook Ibu Tri

#AkberPKL68
#Pekan2017

#WritingChallenge

2 comments: