Tuesday 20 October 2015

Perjalanan ke Lampung untuk Secangkir Kopi Robusta Tanpa Ampas Nescafe

Kopi anda berampas? Bukankah seharusnya begitu?
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengira bahwa kopi hitam pasti berampas. Budaya ngopi tubruk menegaskan hal tersebut.
Teknologi, satu kata kunci. Seperti sulap, teknologi mampu memberi kejutan. Dan seperti kekuatan Tuhan, teknologi membuat sesuatu yang dianggap tidak mungkin menjadi mungkin. Kopi tubruk berampas disulap melalui sentuhan teknologi, ilmu pengetahuan dibalut seni, jadilah Nescafe, kopi tanpa ampas.
Perjalanan saya mencari tahu #DiBalikSecangkirKopiTanpaAmpas Nescafe dimulai saat saya berkesempatan mengunjungi Lampung bersama para pemenang short story #DiBalikSecangkirKopi. Kerajaan robusta berdiri megah disana. Dari Jakarta, saya naik bus menuju pelabuhan Merak. Menyebrangi selat Sunda dengan kapal ferry, kurang lebih 2 jam perjalanan laut, sampailah di pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Indonesia dikenal dunia sebagai salah satu negara penghasil kopi jenis robusta terbanyak. Sebagian besar orang Indonesia lebih menyukai robusta daripada Arabica. Dimasak secara dark dan disajikan saat sedang santai, atau jadi teman penghilang kantuk. Kopi bagi saya bukan lagi sebagai minuman, tetapi seni. Kopi itu seni meramu, tidak cuma disangrai, dihaluskan, diseduh lalu disajikan. Kopi bisa dijadikan campuran makanan, teman begadang, untuk kecantikan, obat dan lainnya. Kopi itu identitas diri, seperti apapun bahan yang dicampur, tetap akan muncul pahit, apapun yang saya lakukan, apapun kata orang, saya tetaplah saya. Kopi itu adalah saya.
Kabupaten Tanggamus terkenal sebagai daerah penghasil kopi robusta di Lampung. 40% total hasil kopi seluruh Lampung di suplay dari Tanggamus. Namun sayang, produktivitas dan kualitas kopi di Tanggamus mulai menurun. Hal ini dikarenakan usia pohon kopi sudah tua (diatas 20 tahun). Bentuk tanggungjawab dan kepedulian Creating Shared Value (CSV) Nestle lewat The Nescafe Plan - #DiBalikSecangkirKopi dengan konsep farming, production, dan konsumen, memberikan solusi kepada para petani dan kopi robusta yang mereka hasilkan di kabupaten Tanggamus. Peremajaan pohon kopi wajib dilakukan agar produktifitas naik. Nescafe bekerjasama dengan Indonesian Coffe and Cocoa Research Institute (ICCRI) membagikan bibit kopi robusta berkualitas kepada para petani di Tanggamus. Selain itu, dilakukan juga pembinaan. Para petani kopi akan ditraining selama 6 bulan, lalu dilakukan ujian untuk mendapatkan sertifikasi asosiasi kopi dunia (4C). Terdapat juga KUB (Koperasi Umum Bersama) agar pengelolaan, pembinaan dll menjadi lebih teroganisir.
Alur Plantation The Nescafe Plan:

-          Pemberian Bibit Kopi dan Persiapan Tanam
Bibit diperoleh dari ICCRI, untuk menjaga kestabilan kualitas maka bibit adalah hasil rekayasa genetika. Dari ICCRI umur bibit 3bulan (tinggi sekitar 15 cm), lalu dibawa ke nursery nescafe untuk dirawat lagi selama 3 bulan.




-          Penanaman Bibit
Saat umur 6bulan, bibit baru boleh ditanam di lahan. Biasanya dalam satu area akan ditanam minimal ada 4 jenis klon. Ini sebaiknya dilakukan karena mengingat penyerbukan bersilang terjadi pada tanaman kopi robusta. Setiap tahun, The Nescafe Plan mengganti 10% tanaman kopi yang sudah tua.
Bibit siap tanam sebagian akan ditanam di lahan petani kopi, sebagian lagi akan ditanam di Nestle Farm.



-          Panen dan Penjualan
Saat berkunjung ke Tanggamus kebetulan tanaman kopi tidak sedang masa panen. Sayang sekali, kegiatan memilih, memilah dan memetik buah kopi dari pohonnya tidak saya dapatkan.
Untuk panen, petani kopi di Tanggamus masih menggunakan metode tradisional. Buah kopi masak dipetik langsung dari pohon. Melalui The Nescafe Plan, bibit sudah bisa dipanen saat usia 2-3tahun. Kualitas dan kuantitas juga bisa dijaga dengan baik.
Setelah panen, buah akan dipisahkan dari biji kopi. Para petani kopi di Tanggamus kebanyakan menggunakan Proses Kering dalam pengolahan biji kopi.
Setelah melalui proses sortasi mesin, maka biji kopi akan disortasi manual untuk menghitung defek sehingga grade bisa ditentukan.

Sortasi manual dilakukan dengan cara mengambil biji kopi sebanyak 300gram. Lalu pilih satu demi satu biji, dikelompokkan berdasarkan cacat biji. Tiap cacat biji ada nilainya tersendiri. Hitung total keseluruhan nilai cacat dalam 300gram, itulah yang disebut jumlah defek.
Nescafe hanya menerima biji kopi 100% robusta dengan nilai defek 80 (ekspor) dari petani kopi yang ikut program The Nescafe Plan dan sudah bersertifikat 4C. Tidak ada MOU atau perjanjian khusus antara kedua belah pihak. Nescafe akan membeli hasil kopi dari petani dengan harga yang pantas, apabila merasa terlalu murah, maka petani bebas menjual hasil kopi mereka ke pihak lain (selain Nescafe).


Para petani kopi di Lampung (termasuk di Tanggamus) biasanya mengetahui harga kopi berdasarkan harga kopi dunia, yaitu dari London. Tentu saja ini tantangan besar Nescafe dalam merangkul para petani agar menjual hasil kopi robusta mereka tidak ke lain pihak.
Saya sempat berbincang-bincang dengan petani kopi di Tanggamus yang ikut The Nescafe Plan. Menurut petani kopi, program tersebut sangat berguna dan membantu mereka dalam mengelola lahan. Stabilitas harga kopi, pemberian cuma-cuma bibit kopi robusta berkualitas, edukasi dan pelatihan, sertifikasi 4C, adalah beberapa manfaat yang diperoleh para petani. Usia pohon kopi yang produktifitasnya menurun akan diganti dengan bibit-bibit baru berkualitas bagus. Pendapatan akan naik, para petani kopi lebih tau tentang cara mengelola lahan dengan baik.
Setiap tahunnya para petani kopi di Tanggamus yang ikut The Nescafe Plan semakin bertambah. Ada juga yang sukses dan medirikan Koperasi Umum Bersama (KUB). Tidak hanya di jual untuk Nescafe, petani kopi tersebut juga sukses meng-ekspor kopi nya ke luar negeri.
Jadi, sudah selayaknya program The Nescafe Plan ini bisa sangat menjawab kebutuhan para petani kopi. Mudah mudahan tidak Cuma di Tanggamus, tidak Cuma di Lampung. Tapi program ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
Biji kopi yang sudah dibeli dari petani selanjutnya akan dibawa ke pabrik Nescafe yang ada di Panjang Lampung. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Nescafe merupakan sebuah produk pengembangan dari Nestle. Brand Nescafe sudah ada sejak 1938. Keistimewaan Nescafe tentu saja pada minuman kopi tanpa ampas, dengan jenis produk kopi instan (kopi hitam tanpa ampas) dan mixes coffee (3in1).
Sesampainya di pabrik Nescafe, biji kopi akan disortasi lagi. Kriteria berdasarkan kadar air, defek dan cupping test. Saya akan coba ulas satu persatu.

1.       Kadar air maksimal 12%
Tujuannya tentu saja agar biji kopi robusta berkualitas terhindar dari jamur/kapang, selain itu saat di roasting berat biji kopi tidak mengalami penurunan yang drastis. Kadar air juga berpengaruh pada umur simpan dan karakteristik rasa biji kopi.

2.       Defek maksimal 80
Metode penghitungan defek dilakukan dengan mengambil 300 gram sampel lalu dihitung tiap cacat jenisnya. Semakin tinggi nilai defek, maka semakin jelek nilai mutu biji kopinya. Defek maksimal 80 ini merupakan standar kualitas biji kopi export, jadi Nescafe sudah menerapkan standar mutu bahan baku dengan kualitas yang baik.

3.       Cupping test
Pada dasarnya, cupping test bertujuan untuk mengetahui rasa clean pada biji kopi setelah diroasting dengan suhu tertentu. Acuannya adalah tidak adanya rasa asing seperti rasa bahan kimia dan lain lain. Aroma juga jadi penilaian dalam cupping test. Setelah lolos sortasi kadar air dan defek, maka akan dilakukan cupping test.
Proses Cupping Test Skala Laborat
a.       Persiapan biji kopi robusta dengan kadar air 12% dan defek 80
b.      Roasting biji kopi
Biji kopi di roasting selama kurang lebih 4 menit dengan suhu sekitar 200°C. Proses raosting skala laboratorium tentu saja akan berbeda dengan skala produksi, baik suhu maupun waktu.


c.       Grinding (penghalusan biji kopi)
Ada 2 jenis grinder yang digunakan di Nescafe, yaitu grinder untuk cupping test dan grinder untuk menentukan/membaca warna bubuk kopi pada CTN (Color Test Number). Bubuk kopi yang sudah  digrinder akan dibaca warnanya oleh CTN, semakin gelap memasak biji kopi, makan bubuk kopi yang dihasilkan juga semakin gelap sehingga nilai pada CTN akan semakin rendah. Di Nescafe, nilai CTN yang digunakan 100 plus minus 3.



d.      Cupping test oleh QC

Bagian paling menyenangkan ketika berkunjung ke pabrik Nescafe di Lampung salah satunya adalah saat ikut melakukan cupping test. Bubuk kopi setelah digrinding akan diambil sebanyak 6 gram, masukkan dalam gelas cup. Kalau saya lihat, hasil grinding bubuk kopi untuk cupping test ini tidak terlalu halus. Tuangkan 150ml air panas (suhu 96°C) kedalam gelas cup yang sudah diisi bubuk kopi tersebut. Tunggu 3 menit, aduk bagian atas (jangan sampai menyentuh dasar). Setelah agak dingin, cicipi dengan sendok berpenampang lebar. Srupuuttt, maka karakteristik kopi bisa anda rasakan dalam mulut. Ingat!! Disruput!! Tujuannya agar indra perasa dalam mulut bisa bekerja maksimal dalam mendeteksi rasa.

Untuk menjadi panelis dalam cupping test ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Intinya bisa membedakan rasa dasar asam, asin, manis dan pahit. Biji kopi yang tidak lolos tahap sortasi tersebut akan di reject, sedangkan yang lolos maka akan diproses diproduksi. Lolos tahap sortasi, biji kopi robusta akan dilanjutkan prosesnya oleh mesin produksi.


1.       Green bean (biji kopi) di roasting. Sekali roasting 600kg dengan suhu ±200°C dalam waktu ±12 menit. Mesin roasting yang digunakan sudah otomatis, jadi tinggal setting sesuai dengan standar yang ada di Nescafe.
2.       Setelah mencapai hasil yang diinginkan, biji kopi masak akan dihaluskan
3.       Masuk ke batch Aroma Recovery untuk mengunci aroma kopi.
4.       Bubuk kopi dilarutkan dengan air panas, pisahkan dengan ampas
5.       Proses extraksi dan injeksi aroma yang tadi sudah dikunci
6.       Spray drying agar didapat serbuk kopi instan
7.       Packing (pengemasan)

FYI: ampas yang dihasilkan saat ekstraksi kopi tidak dibuang, tapi dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses produksi.

Proses selanjutnya adalah control kualitas end product, dilakukan dengan cara cupping test.

Hampir sama cara cupping test bubuk kopi, tetapi cupping test end produk ini lebih sedikit rumit. Varian produk yang banyak membuat kita harus bisa membandingkan perbedaan produk satu dengan yang lain. Bahkan dalam varian produk sama, kita harus bisa membandingkan antara produk yang baru selesai produksi, dengan produk acuan awal. Dalam produk varian sama, bila produk yang baru selesai produksi ditemukan rasa tidak sama dengan acuan awal, akan di reject.
Selesai semua proses dan uji, maka produk siap di edarkan keseluruh nusantara.
Kurang lebih, seperti itulah perjalanan #DibalikSecangkirKopiTanpaAmpas. Lebih tau tentang proses, berarti lebih menghargai lagi teguk demi teguk Nescafe yang anda minum. Menghadirkan kualitas kopi robusta Lampung terbaik, diproses dengan teknologi terkini, menjadikan Nescafe sebagai produk unggul diantara yang lain.


Terimakasih Nescafe, telah memberi saya kesempatan mengunjungi Lampung, melihat proses dari hulu ke hilir untuk mendapatkan secangkir kopi tanpa ampas berkualitas
Tanpa ampas, satu kata kunci menuju modernisasi dengan segala kualitas terbaik. Mempertahankan rasa, aroma dan karakteristik kopi. Tinggal sobek sachetnya, tak perlu saringan, hanya air panas. Tanpa perlu ada yang harus dibuang, anda dapat menenggak kenikmatan kopi hingga menyisakan cangkir saja.
Jadi, kopi anda masih berampas? Bukankah seharusnya tidak? J

Oleh: @hendrosutris